A. Waktu Praktikum
Hari : Sabtu
Tanggal : 12 Desember 2009
Tempat : Pantai Karapyak Ciamis
B. Judul Kegiatan
Judul kegiatan praktikum yang kami lakukan ini adalah Penelitian Hewan-hewan Zoologi Invertebrata di Pantai Karapyak.
C. Tujuan Praktikum
Melalui pengamatan ini, mahasiswa dapat mengamati berbagai bentuk hewan secara langsung si pantai Karapyak yang termasuk ke dalam beberapa phylum dari zoologi invertebrata, di sana kita bisa mengamati, menemukan, mempelajari, memahami, mengidentifikasi dan mengklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri dan sifat-sifat yang di amati dari hewan tersebut yaitu:
1. Phylum Porifera
a. Kelas Calcarea
Contoh: Leucosolenia
b. Kelas Hexactinellida
Contoh: Hyalonema
c. Kelas Demospongiae
Contoh: Spongia sp.
2. Phylum Coelenterata
a. Kelas Hydrozoa
Contoh: Hydra
b. Kelas Scypozoa
Contoh: Aurelia sp.
c. Kelas Anthozoa
Contoh: Anthopleura sp.
3. Phylum Mollusca
a. Kelas Amphineura
Contoh: Chiton sp.
b. Kelas Gastropoda
Contoh: Cyprea Maxima
c. Kelas Pelecypoda atau Bivalvia
Contoh: Anadonta Implicata
d. Kelas Scaphopoda
Contoh: -
e. Kelas Cephalopoda
Contoh: Nautilus pompilus niloticus
4. Phylum Echinodermata
a. Kelas Asteroidea
Contoh: Asterias forbesi
b. Kelas Echinoidea
Contoh: Arbacia funclulata
c. Kelas Ophiuroidea
Contoh: Ophioderma brevispinum
d. Kelas Crinoidea
Contoh: Antendon sp.
e. Kelas Holothuroidea
Contoh: Cucumaria frondosa
5. Phylum Arthropoda
a. Kelas Crustacea
Contoh: Portunus sp.
b. Kelas Insecta
Contoh: Orhetrum cancellatum
c. Kelas Diplopoda
Contoh: Ophyulus pilosus
d. Kelas Chilopoda
Contoh: Scolopendra heros
e. Kelas Arachnida
Contoh: Thelyphonus sp.
Tetapi, karena terbatasnya waktu dan hewan yang habitatnya berada di perairan laut yang dalam sehingga tidak dapat kita jumpai sehinngga tidak bisa kami teliti maka tidak semua hewan yang termasuk ke dalam kelas dari masing-masing phylum dapat kami amati, temukan, pelajari, pahami, identifikasi, dan klasifikasi.
D. Dasar Teoritis
1. Phylum Porifera
Porifera berasal dari kata porus yaitu lubang-lubang kecil dan fera yaitu mengandung. Jadi, porifera berarti hewan yang memiliki pori. Porifera adalah sebuah filum untuk hewan multiseluler yang paling sederhana.
a. Ciri-ciri umum filum Porifera
Porifera merupakan hewan metazoan paling sederhana. Tubuh terdiri atas banyak sel. Bentuk tubuhnya seperti tabung atau jambangan yang berpori dan di dalamnya terdapat rongga tubuh. Rongga tubuh demikian disebut spongosol.
Filum Porifera biasa hidup di laut, mulai dari daerah perairan pantai yang dangkal hingga daerah kedalaman 5,5 km. Tubuhnya melekat pada suatu dasar dan tidak dapat berpindah tempat (sesil).
Ciri-ciri morfologinya antara lain:
Ø Tubuhnya berpori (ostium)
Ø Tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
Ø Berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan.
Ciri-ciri anatominya antara lain:
Ø Memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askon, sikon dan leukon (ragon)
Ø Pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit
1) Struktur tubuh
Porifera dianggap sebagai kelompok hewan multiseluler primitif. Dikatakan demikian karena struktur tubuhnya memiliki dua lapisan sel (diploblastik), yaitu lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar (ektoderm) disusun oleh sel-sel epidermis, sedangkan lapisan dalam (endodermis/gastrodermis) disusun oleh sel-sel koanosit yang berflagel. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat bahan gelatin yang disebut mesoglea. Di dalam mesoglea terdapat bermacam-macam sel, antara lain sebagai berikut:
a) Amoeboid, sel yang berfungsi mengedarkan zat-zat makanan.
b) Skleroblas, sel yang berfungsi membentuk spikula.
c) Porosit, sel yang berfungsi membuka dan menutup pori.
d) Arkeosit, merupakan sel amoeboid embrional yang tumpul dan dapat membentuk sel-sel produktif.
e) Spikula, merupakan sel pembentuk tubuh.
2) Pencernaan makanan
Makanan porifera berupa plankton atau bahan organik yang masuk bersama aliran air melewati pori. Porifera tidak memiliki sistem saluran pencernaan makanan. Sistem pencernaannya berlangsung secara intraseluler. Makanan masuk ke dalam sel leher (koanosit). Di dalam sel tersebut berlangsung proses pencernaan makanan. Selanjutnya, zat makanan diedarkan oleh sel-sel amoeboid ke seluruh tubuh.
3) Sistem saluran air
Porifera memiliki sistem saluran air, mulai dari pori tubuh dan berakhir pada lubang keluar yang disebut oskulum. Saluran air tersebut berfungsi sebagai alat untuk melewatkan bahan makanan dari luar ke dalam tubuh dan zat-zat sisa metabolism ke luar tubuh. Ada beberapa tipe sistem saluran air pada porifera, yaitu sebagai berikut:
a) Tipe askon
Merupakan tipe paling sederhana dan bentuknya seperti jambangan bunga. Air yang masuk melalui pori atau ostium bergerak melewati saluran menuju rongga tubuh (spongosol). Selanjutnya, air keluar melalui oskulum. Tipe ini dijumpai pada Leucosolenia.
b) Tipe sikon
Pada tipe ini, ostiumnya dihubungkan dengan saluran air yang bercabang-cabang ke rongga-rongga sel koanosit. Selanjutnya sel bergerak menuju spongosol dan akhirnya keluar melalui oskulum. Tipe ini dijumpai pada Scypha.
c) Tipe leukon (ragon)
Merupakan tipe saluran air yang paling kompleks. Air masuk melalui ostium menuju ke rongga-rongga bulat yang saling berhubungan. Air dari rongga mengalir menuju ke spongosol dan akhirnya ke luar melalui oskulum. Tipe ini di jumpai pada Spongila.
4) Rangka Porifera
Tubuh porifera memiliki bahan pembentuk kerangka (spikula). Bahan rangka tersebut ada bermacam-macam. Berikut ini beberapa kelompok porifera berdasarkan bahan rangka tubuhnya.
a) Porifera lunak
Memiliki kerangka tubuh yang tersusun dari bahan spongin. Jika porifera mati, bagian tubuhnya dapat digunakan sebagai alat penggosok tubuh pada waktu mandi dan penggosok alat-alat rumah tangga. Bahan tersebut biasanya disebut sponsa.
b) Porifera kapur
Memilki kerangka tubuh yang tersusun dari zat kapur (CaCo3).
c) Porifera silikat
Memilki kerangka tubuh yang tersusun dari bahan kristal silikat (H2Si3O7)
5) Reproduksi
Porifera dapat melakukan reproduksi secara vegetatif dan generative. Reproduksi secara vegetatif atau aseksual dilakukan dengan membentuk kuncup atau budding. Kuncup akan memisahkan diri dari tubuh induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Selain itu, ada juga yang menempel pada tubuh induknya sehingga tampak seperti koloni porifera. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan menjelang musim dingin di dalam tubuh porifera yang hidup di air tawar.
Reproduksi secara generatif atau seksual berlangsung melalui pertemuan ovum dan spermatozoid . kedua sel gamet tersebut berkembang dari sel arkeosit. Pembuahan ovum oleh spermatozoid terjadi di daerah mesoglea dan membentuk zigot. Zigot akan tumbuh membentuk larva yang bersilia yang dinamakan amfiblastula. Selanjutnya, larva tersebut akan keluar dari tubuhnya melalui oskulum, berenang mencari lingkungan yang sesuai dan tumbuh menjadi porifera dewasa.
b. Klasifikasi filum Porifera
Berdasarkan bahan pembentuk rangka tubuh atau spikulanya, porifera dapat dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu sebagai berikut.
1) Kelas Calcarea
Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam latin, calci = kapur, spongia = spons). Anggota kelas ini biasa hidup di daerah pantai yang dangkal, bentuk tubuhnya sederhana. Kerangka tubuh kelas Calcarea berupa spikula seperti duri-duri kecil dari Kalsium Karbonat. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk sepeti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder. Tinggi tubuh kurang dari 10 cm. Semua anggotanya memiliki kerangka tubuh yang terbuat dari bahan CaCo3 denagn koanosit yang besar. Contohnya, Leucosolnia, Clatharina, Grantia, Sycon, dan Scypha.
2) Kelas Hexactinellida
Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa = enam) atau Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo = kaca atau transparan, spongia = spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika. Hidup soliter di laut pada kedalaman 200-1000 m, sistem saluran air tipe askon. Kerangka tubuhnya tersusun dari zat kersik (H2SiO3) dan spikulanya berduri enam seperti bintang. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk. Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm. Bentuk tubuh umumnya berbentuk silinder atau corong. Contohnya, Euplectella, Pheronema, dan Hyalonema.
3) Kelas Demospongiae
Demospogiae (dalam bahasa yunani, demo = tebal, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit. Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari. Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang. Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter. Umumnya hidup di laut, meskipun sebagian kecil ada yang hidup di air tawar. Demospongiae adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar. Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh jenis porifera. Kerangka tubuhnya tersusun dari zat kersik, spongin atau campuran keduanya. Sistem saluran airnya berupa tipe leukon. Contohnya, Euspongia, Spongilla, Cliona, dan Microciona.
c. Peranan Porifera dalam kehidupan manusia
Dalam kehidupan manusia, porifera belum memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pada beberapa Negara maju, misalnya Amerika, porifera dimanfaatkan sebagai alat penggosok tubuh pada waktu mandi dan alat untuk membersihkan kaca. Namun spons mandi yang banyak digunakan umumnya adalah spons buatan, bukan berasal dari kerangka porifera. Beberapa jenis Porifera yang dapat digunakan sebagai spons mandi yaitu Spongia dan Hippospongia. Zat kimia yang di keluarkannya memilki potensi obat penyakit kanker dan penyakit lainnya.
2. Phylum Coelenterata
Coelenterata berasal dari kata Yunani, (koilos = rongga dan enteron = usus). Jadi, coelenterat adalah hewan yang berongga. Coelenterata disebut juga Cnidaria (dalam bahasa yunani, cnido yaitu penyengat) karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terletak pada tentakel yang terdapat disekitar mulutnya. Coelenterata kebanyakan hidup di laut, hanya beberapa jenis yang hidup di air tawar. Ada yang hidup terikat pada suatu obyek (polip) dan ada yang berenang-renang bebas (medusa). Karang yang ada di pantai terbentuk dari kerangka luar tubuh salah satu jenis coelenterata. Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana.
a. Ciri-ciri umum filum Coelenterata
Coelenterata termasuk metazoan yang bersifat diploblastik. Tubuhnya tersusun atas dua lapisan jaringan yang meliputi ectoderm atau epidermis (bagian luar) dan endoderm atau gastrodermis (bagian dalam) yang melapisi rongga gastrovaskuler. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat mesoglea.
Bentuk tubuhnya simetri radial. Pada bagian tengah tubuhnya terdapat rongga pencernaan (enteron) yang berfungsi sebagai alat pencernaan makanan. Coelenterata tidak memiliki anus sehingga sisa makanan dikeluarkan melalui mulut dengan cara dimuntahkan. Ukuran tubuh Coelenterata beraneka ragam, ada yang panjangnya beberapa millimeter, misal Hydra dan ada yang mencapai diameter 2 m, misalnya Cynea.
Mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi sebagai alat penangkap mangsa, alat penggerak, dan alat pertahanan. Coelenterata belum memiliki alat pernapasan, peredaran, dan alat eksresi yang khusus. Susunan sarafnya masih bersifat primitive, terdiri dari anyaman sel saraf yang tersebar secara difus (belum mempunyai pusat susunan saraf).
Reproduksi berlangsung secara vegetatif (aseksual) dan secara generatif (seksual). Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas. Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata yang berbentuk polip. Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma). Gamet dihasilkan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenteratabentuk polip. Contoh Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah Hydra.
Coelenterata memiliki sel penyengat (nematosis) yang berfungsi untuk mempertahankan diri dan melumpuhkan mangsanya. Alat penyengat tersebut terletak pada lapisan ektoderm.
Dalam hidupnya, ada dua bentuk tubuh coelenterata, yaitu berupa polip dan medusa. Polip tersebut biasa menempel pada dasar perairan, baik secara soliter (sendiri) maupun berkoloni. Bentuk medusa merupakan bentuk hidup bebas, melayang di dalam air.
b. Klasifikasi filum Coelenterata
Coelenterata dapat dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu Hydrozoa, Schypozoa, dan Anthozoa.
1) Kelas Hydrozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan). Sebagian besar memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya. Hydrozoa dapat hidup soliter. Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia.
a) Hydra
Hidup di air tawar, melekat pada daun-daun atau batang tanaman air. Hewan ini merupakan polip yang hidup soliter. Tubuhnya berbentuk silinder yang dapat dijulurkan dan dipendekkan. Hydra berwarna putih, panjang tubuhnya 1 sampai 3 mm dengan garis tengah 1 mm. pada ujung atas tubuh terdapat mulut, yang biasa disebut ujung oral (mulut). Mulut dikelilingi oleh enam sampai sepuluh tentakel, dan bermuara di rongga gastrovaskuler.
Reproduksi dilakukan secara vegetatif dengan membuat kuncup pada sisi tubuhnya. Kuncup tersebut akan membesar dan tumbuh menjadi individu baru. Reproduksi secara generatif didahului dengan pembentukan testis dan ovarium. Testis terletak pada tubuh bagian atas, sedangkan ovarium terletak di tubuh bagian bawah. Hasil pertemuan sperma dengan ovum dari kedua alat kelamin tersebut akan membentuk zigot yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.
a) Obelia
Hidup di laut, tubuhnya berbentuk polip dan medusa. Dalam hidupnya Obelia mengalami pergiliran keturunan atau metagenesis, yaitu antara fase hidrid (polip) dengan fase medusa (kwal). Fase polipnya berbentuk koloni sehingga sering disebut koloni hydroid.
Daur hidup Obelia (polip) dapat dimulai dengan pembentukan kuncup sebagai calon medusa. Medusa yang sudah dewasa melepaskan diri dan berenang bebas di air. Medusa jantan menghasilkan ovum. Pertemuan antara sperma dengan ovum menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh menjadi larva bersilia yang dinamakan planula dan dapat berenang bebas. Planula akhirnya melekat pada suatu dasar dan tumbuh menjadi Obelia baru (polip).
Gambar Daur hidup Obellia
1) Kelas Schypozoa
Schypozoa berasal dari bahasa Yunani, skyphos = mangkok dan zoon = hewan). Jadi, Schypozoa berarti hewan yang memiliki bentuk tubuh seperti mangkok. Salah satu contoh dari kelompok hewan ini adalah Aurelia. Aurelia (ubur-ubur) biasa hidup di laut. Heawn ini sering ditemukan terdampar di pantai. Tubuhnya berbentuk sepeti mangkok atau cawan dan tembus cahaya (transparan). Pada bagian tengah permukaan bawah tubuh terdapat rongga mulut yang dikelilingi oleh empat tentakel. Rongga mulut tersebut berhubungan dengan rongga perut yang terbagi atas sebuah rongga sentral dan empat kantong gastrik. Masing-masing kantong gastrik dilengkapi dengan tentakel dan nematosis. Dari kantong gastrik akan menjulur saluran mesoglea untuk berhubungan dengan saluran cincin yang ada di bagian tepi ubur-ubur. Proses pencernaannya berlangsung secara ekstraseluler yang terjadi di dalam rongga perut.
Sistem saraf ubur-ubur terdiri atas jaringan saraf utama, jaringan saraf difus, dan delapan ganglia ropalial. Ubur-ubur memiliki tiga macam alat indera, yaitu sebagai berikut.
a) Tentakel, berfungsi sebagai alat keseimbangan dan mengontrol ritme gerak pada waktu berenang. Alat ini merupakan modifikasi dari tentakel;
b) Oselus, berfungsi untuk membedakan gelap dan terang; dan
c) Celah olfaktorius, merupakan alat indera pembau.
Ubur-ubur tidak mempunyai alat respirasi dan eksresi secara khusus sehingga kedua proses tersebut dilakukan melalui seluruh permukaan tubuh. Seperti halnya Obelia, ubur-ubur juga mengalami pergiliran keturunan. Larvanya berbentuk polip dan dewasa berupa medusa.
Siklus Aurelia dimulai dengan dibuahinya ovum oleh sperma sehingga membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi larva bersilia atau planula yang dapat berenang bebas dan akhirnya melekat di dasar perairan. Selanjutnya planula melepaskan silianya dan tumbuh menjadi polip yang disebut skifistoma. Skifistoma membentuk kuncup yang bertumpuk-tumpuk, masing-masing tumpukan disebut efira. Efira melepaskan diri satu sama lainnya dan tumbuh menjadi medusa dewasa. Aurelia berjenis kelamin jantan dan betina, masing-masing akan menghasilkan sperma dan ovum. Bila terjadi fertilisasi antara sperma dan ovum akan terbentuk zigot.
Gambar Daur hidup Aurellia aurita
2) Kelas Anthozoa
nthozoa berasal darikata Anthos = bunga, zoon = binatang. Anthozoa berarti hewan yang bentuknya seperti bunga atau hewan bunga. Anthozoa dalam daur hidupnya hanya mempunyai polip. Bila dibandingkan, polip Anthozoa berbeda dengan polip pada Hydrozoa.
|
Gambar 10. (a) struktur polip Hydrozoa, (b) struktur polip Anthozoa
Kelas Anthozoa meliputi Mawar Laut (Anemon Laut) dan Koral (Karang).
a) Mawar Laut (Anemon Laut)
Mawar laut menempel pada dasar perairan. Pada permukaan mulut Mawar Laut terdapat banyak tentakel berukuran pendek. Tentakel ini berfungsi untuk mencegah agar pasir dan kotoran lain tidak melekat sehingga Mawar Laut tetap bersih.
b) Koral (Karang)
Koral atau karang cara hidupnya berkoloni membentuk massa yang kaku dan kuat. Massa itu sebenarnya karang kapur yang dibentuk oleh generasi polip. Koral yang sudah mati, rangka kapurnya akan menjadi batu karang/terumbu. Ada tiga tipe batu karang, yaitu karang pantai, karang penghalang dan karang atol.
a. Peranan Coelenterata dalam kehidupan manusia
Hewan ubur-ubur yang banyak di perairan Indonesia dapat dimanfaatkan untuk dibuat tepung ubur-ubur, kemudian diolah menjadi bahan kosmetik atau kecantikan. Di Jepang selain sebagai bahan kosmetik, ubur-ubur dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
Karang atol, karang pantai, dan karang penghalang dapat melindungi pantai dari aberasi air laut. Di samping itu, karang merupakan tempat persembunyian dan tempat perkembangbiakan ikan.
Di laut yang dangkal, beberapa jenis anemon laut yang berwarna-warni dapat memnbentuk “taman laut” yang indah dan dapat dimanfaatkan sebagai objek wiasata.
1. Phylum Mollusca
Mollusca berasal dari bahasa Latin, yaitu mollus berarti lunak. Jadi, mollusca berarti hewan yang bertubuh lunak. Hewan ini termasuk hewan triploblastik.
a. Ciri-ciri umum filum Mollusca
1) Tubuhnya lunak, simetris bilateral, dan tidak beruas-ruas.
2) Mollusca memiliki mantel yang dapat membuat cangkok dari bahan CaCO3 dan kelenjar lendir.
3) Mollusca bersifat kosmopolit, artinya dapat di jumpai di berbagai tempat, yaitu di darat, di air tawar, di laut, di daerah panas sampai di daerah dingin.
4) Mollusca sudah memiliki sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem eksresi, sistem saraf, sistem reproduksi, dan sistem otot. Alat-alat dalam tersebut dibungkus oleh mantel yang terbuat dari jaringan khusus.
Ukuran dan bentuk tubuh moluska sangat bervariasi. Misalnya, siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun, ada juga cumi-cumi raksasa dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18m.
Sistem saraf moluska terdiri dari cincin saraf yang memiliki esofagus dengan serabut saraf yang menyebar. Sistem pencernaannya lengkap, terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.
b. Klasifikasi filum Mollusca
Struktur tubuh mollusca sangat bervariasi. Berdasarkan struktur kaki, cangkok, mantel, insang, simetri tubuh, dan sistem sarafnya, filum mollusca dapat dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu Amphineura, Gastropoda, Pelecypoda, Scaphopoda, dan Cephalopoda.
1) Kelas Amphineura
Hewan Mollusca kelas Amphineura ini hidup di laut dekat pantai atau di pantai. Tubuhnya bilateral simetri, dengan kaki di bagian perut (ventral) memanjang. Ruang mantel dengan permukaan dorsal, tertutup oleh 8 papan berkapur, sedangkan permukaan lateral mengandung banyak insang.
Gambar. Kiton
Amphineura memiliki anggota kurang lebih 700 spesies. Tubuhnya bulat telur, pipih, dan simetris bilateral. Memilki cangkok yang terdiri atas delapan kepingan kapur. Semua anggotanya hidup di laut. Melekat pada batu-batuan, dan banyak di temukan di pantai-pantai.
Pada bagian kepala terdapat mulut. Struktur mulut biasanya dilengkapi dengan radula, yaitu semacam lidah parut. Amphineura tidak memiliki tentakel dan mata. Mereka memiliki kaki yang pipih.
Sistem saraf terdiri atas cincin sirkum esophagus, dua cabang sarafnya memberi persyaratan pada kaki dan mantel. Proses makan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Mereka memiliki kelenjar ludah dan kelenjar hati. Pada bagian posterior terdapat jantung, aorta, dan sebuah sinus. Darah memperoleh oksigen dari insang.
Amphineura bereproduksi secara seksual. Telur yang telah dibuahi oleh sperma akan tumbuh menjadi zigot, menghasilkan larva trokofore.
2) Kelas Gastropoda
Berasal dari bahasa Yunani, gastros = perut dan podos = kaki. Jadi, gastropoda berarti hewan yang menggunakan perutnya sebagai kaki. Gerakan Gastropoda disebablan oleh kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Pada waktu bergerak, kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini dapat bergerak secara mengagumkan, yaitu memanjat ke pohon tinggi atau memanjat ke bagian pisau cukur tanpa teriris.
Gambar Siput air tawar (lemnaea javanica)
Sebagian besar Gastropoda mempunyai cangkok (rumah) dan berbentuk kerucut terpilin (spiral). Bentuk tubuhnya sesuai dengan bentuk cangkok. Padahal waktu larva, bentuk tubuhnya simetri bilateral. Namun ada pula Gastropoda yang tidak memiliki cangkok, sehingga sering disebut siput telanjang (vaginula). Hewan ini terdapat di laut dan ada pula yang hidup di darat.
Di kepala siput terdapat sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada tentakel panjang, terdapat mata. Mata ini hanya berfungsi untuk membedakan gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai indera peraba dan pembau. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang dilengkapi dengan rahang dari zat tanduk. Di dalam mulut terdapat lidah parut atau radula dengan gigi-gigi kecil dari kitin. Selanjutnya terdapat kerongkongan, kemudian lambung yang bulat, usus halus dan berakhir di anus. Gastropoda umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan atau disebut hewan herbivora.
Pernafasan bagi Gastropoda yang hidup di darat menggunakan paru-paru, sedangkan Gastropoda yang hidup di air, bernafas dengan insang.
Alat ekskresi berupa sebuah ginjal yang terletak dekat jantung. Hasil ekskresi dikeluarkan ke dalam rongga mantel. Sistem peredaran darah adalah sistem peredaran darah terbuka. Jantung terdiri dari serambi dan bilik (ventrikel) yang terletak dalam rongga tubuh.
Sistem saraf terdiri atas tiga buah ganglion utama yakni ganglion otak (ganglion cerebral), ganglion visceral atau ganglion organ-organ dalam dan ganglion kaki (pedal). Ketiga ganglion utama ini dihubungkan oleh tali saraf longitudinal, sedangkan tali saraf longitudinal ini dihubungkan oleh saraf transversal ke seluruh bagian tubuh. Di dalam ganglion pedal terdapat statosit (statocyst) yang berfungsi sebagai alat keseimbangan.
Gastropoda mempunyai alat reproduksi jantan dan betina yang bergabung atau disebut juga ovotestes. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak mampu melakukan autofertilisasi. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput air tawar (Lemnaea javanica), siput laut (Fissurella sp), dan siput perantara fasciolosis (Lemnaea trunculata).
3) Kelas Pelecypoda atau Bivalvia
Hewan ini memiliki dua kutub (bi = dua, valve = kutub) yang dihubungkan oleh semacam engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini mempunyai dua cangkok yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkok ini berfungsi untuk melindungi tubuh. Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis. Kepalanya tidak nampak dan kakinya berotot. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir.
Gambar. Struktur luar kerang air tawar
Cangkok ini terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
a) Periostrakum adalah lapisan terluar dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung.
b) Lapisan prismatik, tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma.
c) Lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Kerang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang. Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel. Rongga ini merupakan jalan masuk keluarnya air.
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus.
Gambar. Struktur dalam kerang air tawar
Hewan seperti kerang air tawar ini memiliki kelamin terpisah atau berumah dua. Umumnya pembuahan dilakukan secara eksternal. Untuk memudahkan memahami daur hidup Bivalvia dapat digambarkan melalui contoh daur hidup kerang air tawar pada gambar berikut ini!.
Gambar. Diagram daur hidup kerang air tawar
Dalam kerang air tawar, sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium. Kemudian masuk ke dalam ruangan suprabranchial. Di sini terjadi pembuahan oleh sperma yang dilepaskan oleh hewan jantan. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva glochidium. Larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan ada pula yang tidak. Selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel pada ikan sebagai parasit, lalu menjadi kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan membuka dan keluarlah Mollusca muda. Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.
Sistem sarafnya terdiri atas beberapa ganglion, yaitu sebagai berikut.
a) Ganglion anterior, di dekat lambung
b) Ganglion pedal, di kaki
c) Ganglion posterior pada sebelah otot adductor posterior
Pelecypoda memiliki alat statokis (alat keseimbangan) yang terletak ganglion di pedal. Pada daerah tepi mantel terdapat sel-sel sensoris (peka terhadap rangsangan) yang terdapat pada sifon ventral.
Hewan ini bereproduksi secara seksual, yaitu melalui pembuahan sel telur oleh sperma yang akan membentuk zigot. Zigot kemudian berubah menjadi larva yang dinamakan glosidium dan selanjutnya tumbuh menjadi hewan baru. Hewan ini biasanya bersifat gonokoris.
4) Kelas Scaphopoda
Anggota hewan ini sekitar 200 spesies. Hidup di laut pada pantai berlumpur. Memiliki cangkok berbentuk seperti terompet atau taring atau tanduk. Ujung cangkoknya berlubang dan bermantel.
Dentalium vulgare adalah salah satu contoh kelas Scaphopoda. Dentalium vulgare hidup di laut dalam pasir atau lumpur. Hewan ini juga memiliki cangkok yang berbentuk silinder yang kedua ujungnya terbuka. Panjang tubuhnya sekitar 2,5 s.d 5 cm. Dekat mulut terdapat tentakel kontraktif bersilia, yaitu alat peraba. Fungsinya untuk menangkap mikroflora dan mikrofauna. Sirkulasi air untuk pernafasan digerakkan oleh gerakan kaki dan silia, sementara itu pertukaran gas terjadi di mantel. Hewan ini mempunyai kelamin terpisah.
Gambar. (a) Dentalium vulgare, (b) Struktur tubuh Dentalium sp.
5) Kelas Cephalopoda
Tubuh Cephalopoda dilindungi oleh cangkok, kecuali Nautillus.
Cephalopoda (cephale : kepala, podos : kaki) adalah Mollusca yang berkaki di kepala. Cumi-cumi dan sotong memiliki 10 tentakel yang terdiri dari 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih pendek.
Gurita memiliki 8 tentakel. Kaki (tentakel) ini berfungsi sebagai tangan untuk mencari, merasa dan menangkap makanan. Cumi-cumi, sotong dan gurita adalah contoh hewan kelas Cephalopoda.
Tubuh cumi-cumi dibedakan atas kepala. Leher dan badan. Di depan kepala terdapat mata yang besar dan tidak berkelopak. Mata ini berfungsi sebagai alat untuk melihat. Masih di dekat kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Jika ia ingin bergerak ke belakang, sifon akan menyempurnakan air ke arah depan, sehingga tubuhnya bertolak ke belakang. Sedangkan gerakan maju ke depan menggunakan sirip dan tentakelnya.
Gambar. Cumi-cumi
Pada cumi, di bagian perut tepatnya sebelah sifon akan ditemukan cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin. Fungsinya untuk melindungi diri. Jika dalam keadaan bahaya cumi-cumi menyemprotkan tinta hitam ke luar sehingga air menjadi keruh. Pada saat itu cumi-cumi dapat meloloskan diri dari lawan.
Tubuh Cephalopoda berbentuk gelendong, terdiri atas bagian kepala, leher, dan badan. Kulitnya dapat berubah warna secara cepat, yaitu menjadi putih kebiruan berbintik merah atau coklat. Perubahan ini karena adanya zat kromatofora yang dapat diatur warnanya sesuai dengan tempat hewan itu berada.memiliki sepuluh kaki yang termodifikasi menjadi tentakel. Sebanyak delapan tentakel berfungsi sebagai lengan. Pada bagian kepala terdapat cerobong penyemprot yang tersusun oleh otot daging. Air dapat disemprotkan dari rongga mantelmelewati cerobong tersebut. Cerobong juga berfungsi sebagai alat kemudi jika berenang ke depan.
Hewan ini memiliki mantel yang membungkus visceral dari rongga mantel. Di sebelah kanan kiri tubuh terdapat sirip yang berfungsi sebagai pendayung untuk bergerak ke depan dan ke belakang.
Alat pencernaan terdiri atas rongga mulut, kelenjar ludah, faring, esophagus, lambung, usus, anus, dan disertai dengan kelenjar pencernaan, hati dan pancreas.
Memiliki sistem peredaran darah ganda dengan saluran tertutup. Darah berwarna biru dengan Cu sebagai intinya. Alat eksresi berupa nefridia (ginjal) yang berbentuk segitiga berwarna putih, terletak di sebelah selaput jantung.
Sistem sarafnya terdiri atas tujuh ganglion yang terletak di daerah kepala, yaitu ganglion serebral, ganglion pedal, ganglion visceral, ganglion suprabukalis, ganglion intrabukalis, ganglion stelata, dan ganglion optis. Indera sensorisnya berkembang baik, yaitu berupa dua statokis dan alat pembau (terdapat mata).
c. Peranan Mollusca dalam kehidupan manusia
Cumi-cumi, kerang, bekicot, keong atau sotong banyak disukai oleh manusia karena di samping rasanya enak, ternyata hewan ini memiliki kandungan protein yang tinggi.
Selain sebagai bahan makanan yang bergizi, cangkok hewan ini bisa dimanfaatkan untuk membuat hiasan dinding, perhiasan wanita, atau dibuat kancing. Ada pula yang suka mengumpulkan berbagai macam cangkang Mollusca untuk koleksi atau perhiasan. Bahkan ada cangkang Mollusca yang digunakan untuk bahan mainan, seperti kuwuk.
Sejak abad ke-17 mutiara merupakan barang perhiasan mewah yang diburu kaum jutawan dan harganya cukup mahal. Mutiara dihasilkan dari tiram mutiara seperti Pinctada margaritifera dan Pinctada mertensi dari kelas Pelecypoda (Bivalvia).
Mutiara ini ada yang dihasilkan secara alami, dan adapula yang dibudidayakan. Saat ini banyak orang yang membudidayakan tiram untuk menghasilkan mutiara. Caranya, benda asing (kerikil, pasir atau arang) dimasukkan diantara mantel dan cangkok tiram. Ketika benda asing itu ada di tubuhnya, tiram berusaha mengeluarkan dengan cara membungkusnya dengan lendir. Lendir ini akhirnya mengeras dan menjadi mutiara.
Gambar. Perhiasan yang dibuat dari mutiara
Di samping menguntungkan, ternyata ada beberapa jenis Mollusca yang merugikan. Misalnya keong mas adalah musuh para petani yang sering merusak tanaman padi. Begitu pula bekicot Achatina fulica merupakan hama tanaman yang sulit diberantas.
2. Phylum Echinodernata
Echinodermata berasal dari kata Yunani, echinos = duri dan dermal = kulit. Jadi, echinodermata berarti hewan yang memiliki kulit berduri. Echinodermata termasuk hewan tripoblastik selomata. Semua anggota hewan ini hidup di laut.
a. Ciri-ciri umum filum Echinodermata
Filum ini muncul di periode Kambrium awal dan terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup dan 13.000 spesies yang sudah punah. Lima atau enam kelas (enam bila Concentricycloidea dihitung) yang masih hidup sekarang mencakup.
Ø Asteroidea bintang laut: sekitar 1.500 spesies yang menangkap mangsa untuk makanan mereka sendiri.
Ø Concentricycloidea, dikenal karena sistem pembuluh air mereka yang unik dan terdiri dari hanya dua spesies yang baru-baru ini digabungkan ke dalam Asteroidea.
Ø Crinoidea (lili laut): sekitar 600 spesies merupakan predator yang menunggu mangsa.
Ø Echinoidea (bulu babi dan dolar pasir): dikenal karena duri mereka yang mampu digerakkan; sekitar 1.000 spesies.
Ø Holothuroidea (teripang atau ketimun laut): hewan panjang menyerupai siput; sekitar 1.000 spesies.
Ø Ophiuroidea (bintang ular dan bintang getas), secara fisik merupakan ekinodermata terbesar; sekitar 1.500 spesies.
Bentuk hewan yang sudah punah dapat diketahui dari fosil termasuk Blastoidea, Edrioasteriodea, Cystoidea, dan beberapa hewan Kambrium awal seperti Helicoplacus, Carpoidea, Homalozoa, dan Eocrinoidea seperti Gogia.
Echinodermata adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup di air tawar atau darat. Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya: kebanyakan memiliki simetri radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Walaupun terlihat primitif, Echinodermata adalah filum yang berkerabat relatif dekat dengan Chordata (yang di dalamnya tercakup Vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder. Larva bintang laut misalnya, masih menunjukkan keserupaan yang cukup besar dengan larva Hemichordata.
Echinodermata mempunyai kemampuan untuk melakukan regenerasi bagian tubuhnya yang hilang, contohnya timun laut. Apabila timun laut merasa dirinya terancam, maka timun laut akan menyemprotkan organ tubuhnya agar mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri. Kelak, organ tubuh yang hilang akan tumbuh kembali.
Echinodermata merupakan hewan pemakan sampah di laut sehingga laut menjadi bersih. Penggeraknya dengan sistem ambulakral atau sistem pembuluh air. Mereka memiliki kaki buluh yang disebut kaki ambulakral.
Saluran pencernaannya sederhana, ada beberapa jenis yang tidak memiliki anus. Sistem saraf dengan batang cincin yang bercabang-cabang ke arah radial. Secara evolusi, echinodermata memiliki hubungan kekerabatab yang lebih dekat dengan chordata dibandingkan dengan invertebrate lainnya.
Pada sistem pembuluh air atau sistem ambulakral echinodermata terdapat bagian-bagian sebagai berikut:
1) Madreporit, berupa lubang sebagai tempat masuk dan keluarnya air.
2) Saluran batu, saluran yang menghubungkan madreporit dengan saluran cincin.
3) Saluran cincin, saluran yang melingkari mulut.
4) Saluran radial, cabang saluran cincin yang terdapat pada tiap lengan.
5) Saluran lateral.
6) Kaki ambulakral.
7) Gelembung otot atau disebut ampula.
b. Klasifikasi filum Echinodermata
Echinodermata dapat dikelompokkan atas lima kelas yaitu:
1) Kelas Asteroidea (bintang laut)
Asteroidea sering disebut bintang laut. Sesuai dengan namanya itu, jenis hewan ini berbentuk bintang dengan 5 lengan. Di permukaan kulit tubuhnya terdapat duri-duri dengan berbagai ukuran. Hewan ini banyak dijumpai di pantai. Ciri lainnya adalah alat organ tubuhnya bercabang ke seluruh lengan.
Mulut terdapat di permukaan bawah atau disebut permukaan oral dan anus terletak di permukaan atas (permukaan aboral). Kaki tabung tentakel (tentacle) terdapat pada permukaan oral. Sedangkan pada permukaan aboral selain anus terdapat pula madreporit. Madreporit adalah sejenis lubang yang mempunyai saringan dalam menghubungkan air laut dengan sistem pembuluh air dan lubang kelamin.
Gambar. Bintang laut
Di sepanjang lengannya terdapat kaki-kaki ambulakral. Lengan tersebut dapat dilenturkan oleh otot berserabut yang terdapat dalam dinding tubuh. Pembuluh kaki juga dilengkapi dengan otot berserabut.
Sistem eksresi diselenggarakan oleh amoebosit yang terdapat dalam cairan selom. Zat-zat sisa keluar melalui dinding dermal branchialis.
Respirasi terjadi pada branchia dermalis yang merupakan gelembung insang pada papula (insang halus). Dinding branchia dermalis dilengkapi oleh silia. Pada waktu cairan masuk ke dalam branchia, terjadilah pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Jenis kelamin bintang laut terpisah, ada yang jantan dan ada yang betina. Alat reproduksinya bercabang-cabang. Pada masing-masing lengan terdapat dua cabang yang berada di bagian dasar pertemuan lengan. Fertilisasi sperma dan ovum terjadi di dalam air, kemudian menjadi larva bipinnaria.
Sistem saraf terdiri atas batang saraf radial pada masing-masing lengan yang menjulur di atas alur ambrulakral. Berikut ini adalah contoh kelas Aseroidea.
a) Asterias sp. (bintang laut merah)
b) Lincia sp. (bintang laut biru), dan
c) Cullitin sp.
2) Kelas Echinoidea (landak laut)
Binatang ini tubuhnya dipenuhi duri tajam. Duri ini tersusun dari zat kapur. Duri ini ada yang pendek dan ada pula yang panjang seperti landak. Itulah sebabnya jenis hewan ini sering disebut landak laut. Jenis hewan ini biasanya hidup di sela-sela pasir atau sela-sela bebatuan sekitar pantai atau di dasar laut. Tubuhnya tanpa lengan hampir bulat atau gepeng.
Gambar. Landak laut
Ciri lainnya adalah mulutnya yang terdapat di permukaan oral dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat untuk mengambil makanan. Hewan ini memakan bermacam-macam makanan laut, misalnya hewan lain yang telah mati, atau organisme kecil lainnya. Alat pengambil makanan digerakkan oleh otot yang disebut lentera arisoteteles. Sedangkan anus, madreporit dan lubang kelamin terdapat di permukaan atas.
Semua anggota kelas Echinoidea memiliki bentuk bundar, tidak berlengan, dan memiliki duri-duri yang dapat digerakkan. Mereka memiliki pediselaria, yaitu duri-duri yang bentuknya seperti catut.
Anus, madreporit, dan lubang kelamin terletak di permukaan aboral. Reproduksi secara seksual, larvanya dinamakan plutea. Bagian tubuh hewan yang mengalami kerusakan, misalnya duri dan kaki, akan segera dapat diperbaharui.
Beberapa jenis Echinoidea hidup di sela-sela bebatuan di pantai, di bawah rumput laut, dan ada juga yang membenamkan diri dalam tanah di sekitar daerah muara sungai. Berikut ini adalah beberapa contoh Echinoidea.
a) Diodema setosum (bulu babi jarum)
b) Echinos esculentus (bulu babi duri pendek)
c) Echinos discus (bulu babi bentuk cakram)
d) Echinos cardium (bulu babi bentuk jantung)
e) Tripneustes gratilla
f) Heterocentrotus mammillatus
g) Arbacia Punclulata
3) Kelas Ophiuroidea (bintang ular)
Bintang ular mempunyai tubuh berbentuk bola cakram kecil dengan lima lengan atau kelipatnnya. Hewan ini jenis tubuhnya memiliki 5 lengan yang panjang-panjang. Kelima tangan ini juga bisa digerak-gerakkan sehingga menyerupai ular. Oleh karena itu hewan jenis ini sering disebut bintang ular laut (Ophiuroidea brevispinum).
Mulut dan madreporitnya terdapat di permukaan oral. Hewan ini tidak mempunyai anus, sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan dengan cara dimuntahkan melalui mulutnya. Hewan ini hidup di laut yang dangkal atau dalam. Biasanya bersembunyi di sekitar batu karang, rumput laut, atau mengubur diri di lumpur/pasir. Ia sangat aktif di malam hari. Makanannya adalah udang, kerang atau serpihan organisme lain (sampah).
Gambar. Bintang ular laut
Pada lengan terdapat kaki ambulakral kecil yang sering disebut tentakel yang terletak secara ventrolateral dengan alat isap yang disebut ampullae. Di dalam lengan terdapat saluran selom kecil, batang saraf, pembuluh darah, dan cabang-cabang sistem vaskular.
Bintang ular memiliki daya regenerasi tinggi. Apabila lengannya putus, maka lengan baru dapat segera tumbuh. Bintang ular dapat berpindah tempat dengan gerakan mengular, memegang suatu objek dengan satu lengan atau lebih kemudian menghentakkannya. Selain itu, hewan ini juga dapat berenang dengan menggunakan lengannya.
Bintang ular memiliki kelamin yang terpisah. Reproduksinya dilakukan secara seksual denagn melepaskan sel kelamin ke dalam air sehingga terjadi pembuahan. Hasil pembuahan tersebut akan tumbuh menjadi larva mikroskopis bersilia yang disebut pluteus. Beberapa contoh bintang ular, antara lain adalah sebagai berikut.
a) Ophioplocus sp.
b) Ophiotrix
c) Gorgonocephalus
4) Kelas Crinoidea (lilia laut)
Hewan Crinoidea memang sekilas hewan ini mirip tumbuhan bunga. Ia memiliki tangkai dan melekat pada bebatuan, tak beda seperti tumbuhan yang menempel di bebatuan. Ia juga memiliki 5 lengan yang bercabang-cabang lagi mirip bunga lili. Oleh karena itu hewan ini sering disebut lili laut (Metacrinus sp). Hewan yang termasuk crinoidea mempunyai bentuk tubuh seperti bunga lilia atau bunga bakung atau seperti bulu burung. Hidupnya di dalam laut sampai kedalaman 3.684 m.
Gambar. Lili laut
Ciri lainnya mulut dan anus hewan ini terdapat di permukaan oral dan tidak mempunyai madreporit. Hewan ini sering ditemukan menempel dengan menggunakan ciri (akar) pada bebatuan di dasar laut. Ia juga bisa berenang bebas, sehingga jika lingkungan tidak menguntungkan akan pindah dan menempel pada tempat lain. Jenis lainnya adalah Antedon tenella, dengan tubuhnya kecil-kecil, bentuk piala disebut calyx (kaliks) tanpa tangkai. Pada bagian oral, setiap lengan memiliki lekukan ambulakral yang ditandai dengan garis bersilia dan berisi tentakel-tentakel seperti kaki buluh. Mereka tidak mempunyai madreporit.
Sistem sarafnya memiliki pusat saraf yang berbentuk cincin yang bercabang-cabang pada tiap lengan.
Crinoidea memiliki daya regenerasi tinggi. Apabila lengannya putus, maka lengan baru dapat segera tumbuh kembali. Reproduksi dilakukan secara seksual dan pembuahan berlangsung di dalam tubuh.
Pada tubuh crinoidea banyak terdapat mahluk hidup komensal dan parasit, terutama dari kelompok polychaeta, warna tubuh crinoidea ada yang putih seperti berlian, kuning, hijau atau coklat.
Contoh crinoidea antara lain adalah:
a) Antendon sp.
b) Metacrinus,
c) Holopus, lilia laut tidak bertangkai
d) Ptilocinus pinnatus, lilia laut dengan lima lengan atau kelipatannya.
5) Kelas Holothuroidea (tripang)
Hewan jenis ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis Echinodermata. Tubuhnya seperti mentimun dan disebut mentimun laut atau disebut juga teripang. Hewan ini sering ditemukan di tepi pantai. Gerakannya tidak kaku, fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan. Rangkanya direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit. Mulut terletak pada ujung anterior dan anus pada ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut terdapat tentakel yang bercabang sebanyak 10 sampai 30 buah. Tentakel dapat disamakan dengan kaki tabung bagian oral pada Echinodermata lainnya. Tiga baris kaki tabung di bagian ventral digunakan untuk bergerak dan dua baris di bagian dorsal berguna untuk melakukan pernafasan. Selain itu pernafasan juga menggunakan paru-paru air.
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya diperlihatkan. Jika Anda mengganggunya biasanya ia mengkerut.
Gambar. Teripang / mentimun laut (Thyone briareus)
Pada tubuh mentimun laut terdapat dua saluran yang bercabang-cabang yang merupakan perluasan kloaka ke dalam selom. Adanya otot kloaka memungkinkan air dapat dipompa masuk dan keluar ke saluran tersebut. Sebagian air dalam saluran dapat menyebabkan selom tetap tegar. Saluran tersebut berfungsi sebagai alat respirasi dan ekskresi.
Jenis kelamin umunya terpisah, tetapi ada juga beberapa jenis yang hermafrodit. Reproduksi dilakukan secara seksual, yaitu melalui pembuahan ovum oleh sperma. Dan akan dihasilkan larva auricularia dan selanjutnya tumbuh menjadi mentimun laut dewasa.
Mentimun laut dapat dimanfaatkan sebagai makanan misalnya dijadikan kerupuk. Habitatnya di dasar laut yang dangkal. Pergerakannya dilakukan dengan kaki ambulakral bagian ventral. Kaki ambulakral juga berfungsi sebagai pernafasan sehingga disebut juga sebagai paru-paru air.
Contoh Holothuroidea antara lain adalah:
a) Holothuria atra (tripang hitam)
b) Stichopus sp.
c) Bathylotes sp.
d) Cucumaria sp.
e) Psolus sp.
c. Peranan Echinodermata dalamkehidupan manusia
Jika di laut tidak ada hewan Echinodermata. Para ahli biologi membayangkan mungkin di laut akan menjadi limbah raksasa yang penuh dengan benda berbau busuk. Laut bisa bersih seperti sekarang ini antara lain merupakan jasa hewan Echinodermata. Hewan ini adalah pemakan bangkai, sisa-sisa hewan, dan kotoran hewan laut lainnya. Oleh karena itu hewan ini sering disebut sebagai hewan pembersih laut/pantai.
Hewan Echinodermata juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Misalnya mentimun laut setelah dikeringkan dijadikan bahan sup atau dibuat kerupuk. Juga telur bulu babi sangat enak untuk dimakan. Jenis hewan ini juga sering dijadikan sebagai barang hiasan/koleksi binatang laut yang indah.
Di samping itu Echinodermata juga bisa merugikan, karena hewan laut ini sebagai pemakan tiram/kerang mutiara. Juga ada diantara jenis bintang laut yang memakan binatang karang sehingga banyak yang mati.
3. Phylum Arthropoda
Arthropoda berasal dari kata arhros = sendi atau ruas dan podos = kaki.jadi, arthropoda adalah hewan yang memiliki kaki yang bersendi atau beruas-ruas. Arthropoda (filum Arthropoda) adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, kepiting, lipan dan hewan mirip lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku/beruas-ruas.
Empat dari lima bagian (yang hidup hari ini) dari spesies hewan adalah arthropoda, dengan jumlah di atas satu juta spesies modern yang ditemukan dan rekor fosil yang mencapai awal Cambrian. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, serta termasuk berbagai bentuk simbiotis dan parasit.
a. Ciri-ciri umum filum Arthropoda
Ø Tubuh beruas-ruas terdiri atas kepala (caput), dada (toraks) dan perut (abdomen).
Ø Bentuk tubuh bilateral simetris, triploblastik, terlindung oleh rangka luar dari kitin.
Ø Alat pencernaan sempurna, pada mulut terdapat rahang lateral yang beradap- tasi untuk mengunyah dan mengisap. Anus terdapat di bagian ujung tubuh.
Ø Sistem peredaran darah terbuka dengan jantung terletak di daerah dorsal (punggung) rongga tubuh.
Ø Sistem pernafasan:
Arthropoda yang hidup di air bernafas dengan insang, sedangkan yang hidup di darat bernafas dengan paru-paru buku atau permukaan kulit dan trakea.
Ø Sistem saraf berupa tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera.
Ø Arthropoda memiliki alat indera seperti antena yang berfungsi sebagai alat peraba, mata tunggal (ocellus) dan mata majemuk (facet), organ pendengaran (pada insecta) dan statocyst (alat keseimbangan) pada Curstacea.
Ø Alat eksresi berupa coxal atau kelenjar hijau, saluran Malpighi.
Ø Alat reproduksi, biasanya terpisah. Fertilisasi kebanyakan internal (di dalam tubuh).
b. Klasifikasi filum Arthropoda
Berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur tubuhnya arthropoda dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu Crustacea, Insecta, Diplopoda, Chilopoda, dan Arachnida.
1) Kelas Crustacea
Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar.
Ciri-ciri crustacea adalah sebagai berikut:
a) Struktur tubuh
Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit.
Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu:
Ø 2 pasang antenna
Ø 1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya
Ø 1 pasang maksilla
Ø 1 pasang maksilliped
Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau menempel di dasar perairan.
Gambar. Struktur tubuh Crustacea
b) Sistem organ
Ø Sistem pencernaan
Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Alat pencernaan berupa mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala – dada di kedua sisi abdomen. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat eksresi disebut kelenjar hijau yang terletak di dalam kepala.
Ø Sistem saraf
Susunan saraf Crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan) dan mata majemuk (facet) yang bertangkai.
Ø Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah terbuka. Artinya darah beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap O2 (oksigen) rendah.
Ø Sistem pernapasan
Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya.
Ø Alat reproduksi
Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa Crustacea rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (di luar tubuh).
Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian kulit. Udang dewasa melakukan ekdisis dua kali setahun, sedangkan udang yang masih muda mengalami ekdisis dua minggu sekali. Selain itu udang mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). Misalnya: udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap udang pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui proses regenerasi.
c) Klasifikasi Crustacea
Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut:
Ø Entomostraca (udang tingkat tinggi)
Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu:
· Branchiopoda
· Ostracoda
· Copecoda
· Cirripedia
Ø Malakostraca (udang tingkat tinggi)
Hewan ini dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu:
· Isopoda
· Stomatopoda
· Decapoda
Entomostraca (udang tingkat rendah)
Kelompok Entomostraca umumnya merupakan penyusun zooplankton, adalah melayang-layang di dalam air dan merupakan makanan ikan.
2) Kelas Insecta
Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.
Ciri-ciri Insecta, antara lain:
Ø Tubuh dapat dibedakan dengan jelas antara kepala, dada dan perut.
Ø Kepala dengan:
· Satu pasang mata facet (majemuk), mata tunggal (ocellus), dan satu pasang antena sebagai alat peraba.
· Alat mulut yang disesuaikan untuk mengunyah, menghisap, menjilat dan menggigit.
Ø Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas (labrum) serta bibir bawah (labium)
Ø Dada (thorax) terdiri atas tiga ruas yaitu prothorax,mesothorax dan metathorax. Pada segmen terdapat sepasang kaki.
Ø Kaki berubah bentuk disesuaikan dengan fungsinya yakni:
· kaki untuk menggali (anjing tanah)
· kaki untuk meloncat (belalang)
· kaki untuk berenang (kumbang air)
· kaki untuk pengumpul serbuk sari
· kaki untuk berjalan (kumbang tanah)
· kaki untuk memegang (belalang sembah)
Pada setiap mesotoraks (mesothorax) dan metatoraks (metathorax) terdapat dua pasang sayap, tetapi ada pula yang tidak memiliki sayap.
Ø Perut (abdomen) memiliki sebelas (11) ruas atau beberapa ruas saja. Pada belalang betina, bagian belakang perut terdapat ovipositor yang berfungsi untuk meletakkan telurnya. Pada segmen pertama terdapat alat pendengaran atau membran tympanum.
Ø Sistem saraf tangga tali.
Ø Sistem pernafasan dengan sistem trakhea.
Ø Sistem peredaran darah terbuka.
Ø Alat kelamin terpisah (jantan dan betina), pembuahan internal.
Ø Tempat hidup di air tawar dan darat.
Ø Umumnya serangga mengalami perubahan bentuk (metamorfosis) dari telur sampai dewasa.
Klasifikasi (penggolongan) Insecta (serangga)
Serangga dalam perkembangannya menuju dewasa mengalami metamorfosis. Metamorfosis adalah perubahan bentuk serangga mulai dari larva sampai dewasa. Adapula serangga yang selama hidupnya tidak pernah mengalami metamorfosis, misal kutu buku (Episma saccharina). Berdasarkan metamorfisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Hemimetabola dan Holometabola.
3) Kelas Diplopoda
Anggota kelas diplopoda sering disebut hewan berkaki seribu atau milipeda. Seperti anggota sentipeda, kelompok hewan ini juga memiliki banyak segmen. Akan tetapi, anggota milipeda memiliki bentuk tubuhnya bulat panjang (silindris) dan beberapa segmen tubuh menyatu. Pada setiap segmen tubuhnya terdapat dua pasang kaki.
idup di tempat-tempat gelap dan lembab, biasanya hidup sebagai herbivor. Makanan utamnya berupa tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Pada kepala terdapat mulutdan satu pasang antenna. Pada antenna terdapat rambut-rambut olfaktori (pencium) dan sepasang kelenjar yang bermuara sebelah lateral. Mereka memilki mata yang masih sederehana.
Alat pernapasannya adalah berupa trakea yang tidak bercabang-cabang. Memiliki jantung berupa suatu pembuluh dengan ostia di sebelah lateral. Alat eksresinya berupa pembuluh malpigi.
Gerakan hwan ini sangat lambat. Beberapa jenis di antaranya dapat menggulung diri dalam bentuk seperti spiral atau bola. Alat kelaminnya terpisah dan bereproduksi secara kawin. Telur biasanya diletakkan di tanah yang lembab. Pada hewan jantan, dua pasang kaki di segmen ketujuh mengalami modifikasi membentuk alat kopulasi (alat kawin).
4) Kelas Chilopoda
Anggota kelas chilopoda ini sering disebut hewan berkaki seratus atau sentipeda. Bentuk tubuhnya pipih memanjang serta bersegmen-segmen. Pada setiap segmen terdapat sepasang kaki, kecuali pada segmen di belakang kepala. Pada bagian tersebut terdapat cakar racun yang berfungsi untuk membunuh mangsanya. Cakar tersebut dinamakan pedes maksilaris.
Chilopoda hidup di darat atau bawah batuan. Hidup sebagai hewan buas (karnivora) yang dapat bergerak cepat dengan menggunakan kaki yang banyak.
Alat pernapasannya berupa trakea yang bercabang-cabang ke seluruh jaringan tubuh. Lubang trakea terdapat pada tiap-tiap segmen. Alat eksresinya berupa saluran malpigi.
Pada bagian kepala chilopoda terdapat antenna panjang. Alat pencernaannya berkembang baik, makanannya berupa binatang-binatang kecil (misalnya insecta, cacing, dan moluska). Chilopoda memiliki rahang yang kuat dan gigitan yang berbisa. Mereka bereproduksi secara kawin dengan pembuahan secara internal. Telur yang telah dibuahi diletakkan di bawah batuan yang ditempati. Contoh: Scolopendra gipas (kelabang atau gipan) dan Lithobius forficatus (kelabang yang beracun berbahaya).
5) Kelas Arachnida
Anggota Arachnida meliputi kalajengking, laba-laba, tungau atau caplak. Kebanyakan hewan ini bersifat parasit yang merugikan manusia, hewan dan tumbuhan. Arachnida bersifat karnivora sekaligus predator. Tempat hidupnya adalah di darat.
Ciri-ciri Arachnida
Ø Tubuh terbagi atas kepala-dada (sefalotoraks) dan perut yang dapat dibedakan dengan jelas, kecuali Acarina.
Ø Pada bagian kepala-dada tidak terdapat antena, tetapi mempunyai beberapa pasang mata tunggal, mulut, kelisera dan pedipalpus.
Ø Mempunyai 4 pasang kaki pada kepala-dada.
Ø Alat ekskresi dilengkapi dengan saluran malphigi dan kelenjar coxal.
Ø Alat pernafasan berupa trakea, paru-paru buku atau insang buku. Alat kelamin jantan dan betina terpisah, lubang kelamin terbuka pada bagian anterior abdomen, pembuahan internal (di dalam).
Ø Sistem saraf tangga tali dengan ganglion dorsal (otak) dan tali saraf ventral dengan pasangan-pasangan ganglia.
Ø Alat mulut dan alat pencernaan makanan terutama disesuaikan untuk mengisap serta memiliki kelenjar racun.
Ø Habitat (tempat hidup) di darat, pada umumnya tetapi ada pula sebagai parasit.
a) Scorpionida
Contohnya:
- Kalajengking (Vejovis sp, Hadrurus sp, Centrurus sp)
- Ketonggeng (Buthus)
Hewan ini memiliki perut beruas-ruas dan ruas terakhir berubah menjadi alat pembela diri.
b) Arachnoida
Contohnya adalah segala macam laba-laba, antara lain :
- Laba-laba jaring kubah (terdapat di Bostwana, Afrika Selatan)
- Laba-laba primitif Liphistius (di rimba Asia Tenggara)
- Laba-laba penjerat (di Malaysia)
- Laba-laba pemburu (di Meksiko)
- Laba-laba srigala
- Laba-laba beracun Latrodectes natans dan Laxosceles reclusa
- Tarantula (Rhechostica hentz)
Umumnya laba-laba mempunyai perut tidak beruas
H. Kesimpulan
Hewan-hewan yang termasuk invertebrate banyak yang habitatnya hidup di laut, namun ada juga sebagian kecil yang di darat.
Terdapat hewan-hewan yang termasuk phylum porifera, coelenterate, mollusca, echinodermata yang hidup di laut. Contohnya :
Phylum Porifera : Kelas Calcarea, contoh: Leucosolenia, Kelas Hexactinellida contoh: Hyalonema, Kelas Demospongiae contoh: Spongia sp.
Phylum Coelenterata: Kelas Hydrozoa contoh: Hydra, Kelas Scypozoa contoh: Aurelia s, Kelas Anthozoa contoh: Anthopleura sp.
Phylum Mollusca : Kelas Amphineura Contoh: Chiton sp. Kelas Gastropoda Contoh: Cyprea Maxima Kelas Pelecypoda atau Bivalvia Contoh: Anadonta Implicata Kelas Scaphopoda Contoh: tidak ada, Kelas Cephalopoda Contoh: Nautilus pompilus niloticus
Phylum Echinodermata : Kelas Asteroidea contoh: Asterias forbesi, Kelas Echinoidea contoh: Arbacia funclulata, Kelas Ophiuroidea contoh: Ophioderma brevispinum, Kelas Crinoidea contoh: Antendon sp, Kelas Holothuroidea contoh: Cucumaria frondosa
Phylum Arthropoda : Kelas Crustacea contoh: Portunus sp, Kelas Insecta contoh: Orhetrum cancellatum, Kelas Diplopoda contoh: Ophyulus pilosus, Kelas Chilopoda contoh: Scolopendra heros, Kelas Arachnida contoh: Thelyphonus sp
Setelah kita langsung terjun ke lapangan, kita dapat melihat langsung bentuk dan ciri-ciri hewan tersebut secara detail, sehingga secara langsung kita dapat mengklasifikasikannya berdasarkan ciri-ciri dari hewan tersebut, selain itu kita juga dapat mengetahui fungsi hewan tersebut.
c) Aracina
contohnya:
- Caplak kudis (Sacroptes scabiei)
- Caplak unggas (Dermanyssus)
- Caplak sapi (Boophilus annulatus)
- Tungau (Dermacentor sp.)
c. Peranan Arthropoda dalam kehidupan manusia
Berbagai hewan arthropoda banyak yang memiliki peranan dalam kehidupan manusia, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.
1) Yang menguntungkan manusia antara lain sebagai berikut.
a) Kelas Crustacea, misalnya udang dan kepiting sebagai sumber makanan yang mengandung protein. Udang sering dijadikan sebagai komoditi ekspor.
b) Kupu-kupu dan tawon, membantu penyerbukan tanaman, berarti dapat menguntungkan bagi petani.
c) Lebah madu, dapat menghasilkan madu yang berfungsi sebagai penambah tenaga maupun mengobati suatu penyakit.
d) Ulat sutra dari jenis kupu-kupu, dapat menghasilkan benang sutra.
2) Yang merugikan manusia antara lain sebagai berikut.
a) Hewan yang termasuk kelompok Aracina (tungau atau caplak), merupakan parasit pada manusia, hewan, dan tanaman budidaya.
b) Kelompok Aracina yang parasit pada tikus dapat menularkan penyakit pes.
c) Jenis Crustacea, seperti barnakel dapat mengotori air dan merusak kayu bangunan.
d) Kelompok belelang, kumbang kelapa, dan ulat, dapat merusak tanaman budidaya.
e) Wereng, dapat menyebarkan penyakit pada tanaman, misalnya penyakit yang disebabkan virus tungro.
f) Nyamuk Anopheles, vektor penyakit malaria.
g) Nyamuk Aedes sp., vector penyakit demam berdarah.
h) Nyamuk Culex fatigans, sebagai vector penyakit kaki gajah (elephantiasis).
i) Glossina sp. (lalat tsetse), vector penyakit tidur.
j) Musca demostica (lalat rumah), perantara penyakit diare.
k) Helmithermis sp., perusak bahan bangunan.
4. Phylum Platyhelminthes
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, yaitu platy yang berarti pipih, dan hemins yang berarti cacing. Sesuai dengan namanya, anggota kelompok cacing ini memiliki tubuh pipih dorsoventral.
a. Ciri-ciri umum filum Platyhelminthes
Platyhelminthes ada yang bersifat parasit atau hidup pada tubuh organism lain, ada yang hidup bebas di perairan. Cacing ini tidak memiliki system peredaran darah dan bernapas dengan seluruh permukaan tubuh. Platyhelminthes mempunyai bentuk tubuh pipih, tidak mempunyai rongga tubuh (selom) dan alat pencernaannya tidak sempurna.
1) Struktur tubuh
Tubuh memenjang pipih dorsoventral tanpa segmentasi atau ruas-ruas. Bagian tubuh dapat dibagi menjadi bagian anterior (depan kepala), posterior (bagian belakang, ekor), dorsal (daerah punggung), dan lateral (samping tubuh). Tubuhnya bersimetri bilateral dan tersusun atas 3 lapisan (triploblastik)
2) Berbagai sistem organ
Sistem pencernaan, saluran pencernaan pada hewan ini tidak sempurna, yaitu berupa rongga gastrovaskuler yang terletak di tengah tubuh dan berperan sebagai usus. Tetapi ada juga platyhelminthes yang tidak memiliki saluran pencernaan.
Sistem eksresi, system eksresinya bersifat sederhana dan terutama berfungsi untuk memelihara keseimbangan osmosis antara hewan dengan lingkungannya. System ini tersusun dari sel-sel bersilia, yaitu sel api atau sel-sel bulu getar (solenosit).
System saraf, system saraf terdiri dari dua ganglia otak yang dilengkapi dengan saraf-saraf tepi sehingga membentuk saraf tangga tali.
System reproduksi, pada umumnya hewan ini bersifat hemafrodit. Artinya, pada satu tubuh terdapat alat kelamin jantan dan betina namun jarang terjadi pembuahan sendiri. Reproduksi terjadi secara generatif dan vegetatif. Reproduksi secara generatif dengan perkawinan saling dan berlangsung fertilisasi internal. Reproduksi secara vegetatif dengan cara regenerasi, yaitu individu baru berasal dari bagian tubuh induknya.
b. Klasifikasi filum Platyhelminthes
Platyhelminthes dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu:
1) Turbellaria (cacing berambut getar)
Contohnya adalah planaria sp. Cacing ini bersifat karnivor dan dapat kita temukan di perairan, genangan air, kolam, atau sungai.
Cacing ini bergerak menggunakan silia yang terdapat pada epidermis atas. Gerakannya lentur di sepanjang lender yang disekresikannya.
2) Trematoda (cacing isap)
Contohnya adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Struktur tubuhnya permukaannya tidak bersilia tetapi diliputi kutikula. Cacing ini memiliki alat isap satu atau lebih yang terdapat di sekitar mulut dan atau di bagian ventral tubuhnya. Alat isap ini dilengkapi dengan gigi kitin.
Daur hidupnya bersifat hemafrodit. Setiap individu dapat menghasilkan kurang lebih 500.000 butir telur. Hati seekor domba dapat mengandung 200 ekor cacing atau lebih. Daur hidup cacing ini adalah sebagai berikut. Ketika melalui saluran empedu domba, telur masuk ke dalam usus, sehingga akhirnya bersama feses domba, telur dapat keluar ke alam bebas.
3) Cestoda (cacing pita)
Cacing yang termasuk dalam kelompok Cestoda berbentuk pipih seperti pita, tidak mempunyai saluran pencernaan, dan bersifat endoparasit dalam saluran pencernaan vertebrata. Struktur tubuhnya pipih dan terdiri dari rangkaian segmen yang masing-masing disebut proglotid. Segmentasi cacing pita yang terdiri dari proglotid-proglotid ini merupakan koloni dari individu-individu yang dihasilkan melalui cara strobilasi (pembentukan kuncup). System sarafnya lebih sederhana daripada system saraf termatoda.
5. Phylum Nemathelminthes
Nematelminthes berasal dari kata nematos yang artinya benang dan hemins yang artinya cacing. Cacing ini juga sering disebut cacing gilik.
a. Ciri-ciri umum filum Nemathelminthes
Nemathelminthes dapat ditemui di darat, air tawar, dan air laut, dari daerah kutub hingga daerah tropis. Hidup bebas, adapula yang parasit pada tumbuhan dan hewan. Tidak memiliki system peredaran darah dan jantung, tetapi tubuhnya mengandung cairan semacam darah yang dapat merembes ke bagian tubuh akibat kontraksi tubuh. Bentuk tubuhnya gilik panjang dengan simetri bilateral. Tubuhnya tidak memiliki silia dan tidak bersegmen, dilapisi oleh kutikula transparan.
System organnya terdiri dari:
1) System pencernaan makanan, system pencernaannya sudah lengkap dan memiliki cairan pseudoselom yang membantu sirkulasi makanan ke seluruh tubuh. Saluran pencernaan berupa pipa lurus yang dimulai dari kerongkongan dilanjutkan ke usus dan berakhir di anus.
2) System ekskresi, terdiri atas dua saluran lateral yang bermuara di sebuah lubang di bagian ventral.
3) System respirasi, dengan pertukaran gas secara difusi melalui permukaan tubuh.
4) System saraf, tidak berkembang lebih baik ndaripada platyhelminthes yaitu dengan adanya ganglion serebral dan berkas saraf longitudinal yang berjumlah 2-3 buah.
5) System reproduksi, bereproduksi secara seksual. Alat kelamin jantan dan betina terpisah. Umumnya, cacing betina lebih besar daripada cacing jantan. Perbedaan lain terdapat pada bagian posterior. Pada hewan jantan, di dekat lubang anal terdapat tonjolan yang disebut penial setae yang digunakan untuk kopulasi, sedangkan pada betina tidak ada.
b. Klasifikasi filum Nemathelminthes
1) Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
Ascaris umumnya hidup sebagai parasit dalam usus manusia. Hewan ini bersifat kosmopolit terutama di daerah tropis. Menyebabkan penyakit yang dikenal dengan ascariasis. Bentuk tubuhnya bulat panjang dengan bagian ujung-ujung yang meruncing. Mulut terletak di ujung anterior dan dilengkapi dengan tiga buah bibir. Tubuh cacing betina ukurannya lebih besar dan lebih panjang daripada cacing jantan. Tubuh cacing betina relative lebih lurus sedangka cacing jantan memiliki ujung posterior yang melengkung.
2) Ancylostoma (cacing tambang)
Cacing ini parasit di usus manusia dan banyak dijumpai pada daerah pertambangan, terutama di daerah beriklim panas. Cacing ini menghisap darah sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pada saat menghisap darah, cacing mengeluarkan zat anti koagulan yang mencegah terjadinya pembekuan darah korban.
Pada usus manusia jumlah cacing ini bias mencapai ribuan ekor. Yang termasuk cacing tambang misalnya ancylostoma duodenale, terdapat di daerah tropika afrika dan asia.
3) Oxyuris vermicularis (cacing kremi)
Oxyuris vermicularis hidup dalam usus besar. Cacing betina panjangnya antara 9-15 mm. pada saat bertelur, cacing betina menuju anus untuk memperoleh oksigen yang diperlukan larva untuk pertumbuhan. Gerakan cacing ini menyebabkan rasa gatal di bagian anus. Bila digaruk dengan kuku, maka telur melekat di kuku. Makanan yang dipegang oleh tangan yang mengandung telur cacing menyebabkan telur cacing ikut tertelan. Cacing terbawa melalui saluran pencernaan sampai ke usus besar. Di usus besar cacing tumbuh menjadi dewasa dan dapat berkembang biak. Hal ini menyebabkan terjadinya infeksi diri sendiri.
4) Wuchereria bancrofti (cacing filarial)
Cacing filaria mempunyai inang sementara hewan arthropoda misalnya nyamuk, dan inang tetap yaitu manusia pada bagian pembuluh getah bening. Pada siang hari, larva berada di paru-paru atau di pembuluh darah besar, dan pada malam hari pindah ke pembuluh arteri atas dan vena perifer di dekat kulit.
5) Trichinella spiralis (cacing otot)
Cacing ini menyebabkan penyakit trichinosis pada manusia, babi, atau tikus. Parasit masuk ke tubuh manusia melalui daging babi yang dimasak kurang matang. Di dalam usus manusia, larva berkembang menjadi cacing muda. Cacing muda bergerak ke otot melalui pembuluh limpa dan selanjutnya menjadi cacing dewasa. Untuk mencegah cacing ini daging harus dimasak sampai matang untuk mematikan cacing muda.
6) Heterodera radicicola
Cacing ini hidup parasit pada akar tanaman dan menyebabkan puru atau bengkak pada akar.
6. Phylum Annelida
Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen.
Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata).Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana.
a. Ciri tubuh
Ciri tubuh annelida meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
b. Ukuran dan bentuk tubuh
Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m.Contoh annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia.Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin.
c. Struktur dan fungsi tubuh
Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa.Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa.
Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot.
Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior.Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupaka npori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
d. Cara hidup dan habitat
Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia.Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap.Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
e. Reproduksi
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet.Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris).
f. Klasifikasi
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.
1. Polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus.
Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas.Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin.
Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah.Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo).
2. Oligochaeta (cacing tanah)
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit.Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani).Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak.
3. Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit.Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya.Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm.Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing.
Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak.Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia.Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah).
Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan.Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin.Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin.
H. Kesimpulan
Hewan-hewan yang termasuk invertebrate banyak yang habitatnya hidup di laut, namun ada juga sebagian kecil yang di darat.
Terdapat hewan-hewan yang termasuk phylum porifera, coelenterate, mollusca, echinodermata yang hidup di laut. Contohnya :
Phylum Porifera : Kelas Calcarea, contoh: Leucosolenia, Kelas Hexactinellida contoh: Hyalonema, Kelas Demospongiae contoh: Spongia sp.
Phylum Coelenterata: Kelas Hydrozoa contoh: Hydra, Kelas Scypozoa contoh: Aurelia s, Kelas Anthozoa contoh: Anthopleura sp.
Phylum Mollusca : Kelas Amphineura Contoh: Chiton sp. Kelas Gastropoda Contoh: Cyprea Maxima Kelas Pelecypoda atau Bivalvia Contoh: Anadonta Implicata Kelas Scaphopoda Contoh: tidak ada, Kelas Cephalopoda Contoh: Nautilus pompilus niloticus
Phylum Echinodermata : Kelas Asteroidea contoh: Asterias forbesi, Kelas Echinoidea contoh: Arbacia funclulata, Kelas Ophiuroidea contoh: Ophioderma brevispinum, Kelas Crinoidea contoh: Antendon sp, Kelas Holothuroidea contoh: Cucumaria frondosa
Phylum Arthropoda : Kelas Crustacea contoh: Portunus sp, Kelas Insecta contoh: Orhetrum cancellatum, Kelas Diplopoda contoh: Ophyulus pilosus, Kelas Chilopoda contoh: Scolopendra heros, Kelas Arachnida contoh: Thelyphonus sp
Setelah kita langsung terjun ke lapangan, kita dapat melihat langsung bentuk dan ciri-ciri hewan tersebut secara detail, sehingga secara langsung kita dapat mengklasifikasikannya berdasarkan ciri-ciri dari hewan tersebut, selain itu kita juga dapat mengetahui fungsi hewan tersebut.